3 Alasan Takut Munafik, Salah Satunya Sangat Mengerikan
TSIRWAH INDONESIA – Munafik, sebuah kata yang menakutkan bagi seorang muslim, setelah ia memegang teguh keimanan dan keislaman.
Sebagian manusia termasuk ke dalam golongan orang yang beriman dengan keislamannya, sebagian yang lain berada di dalam barisan orang kafir dengan segala penentangannya terhadap golongan pertama.
Keduanya bagaikan dua kutub yang berbeda, tak mungkin bersatu sama sekali. Ada satu golongan lain yaitu orang munafik yang berada di antara keduanya, kelompok manusia tanpa kejelasan dalam pilihan keadaan dan keberpihakannya.
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, menjelaskan asal kata munafik adalah nafaqa yang berarti lubang tempat bersembunyi di bawah tanah, tempat berlindung dari bahaya udara. Berasal dari situlah konsep orang yang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya sebagai suatu pengecohan atau penipuan.
Sedangkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI menjelaskan, bahwa munafik merupakan upaya berpura-pura percaya atau setia kepada agama. Akan tetapi, hatinya tidak. Mereka selalu berkata tang tidak sesuai perbuatannya serta bermuka dua.
Mereka ini golongan yang menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan diri dihadapan manusia seolah mereka beriman.
Waspadanya Nabi dan Sahabatnya Terhadap Orang Munafik
Sifat kemunafikan itu begitu halus sehingga bisa saja menyelusup dengan lembut ke dalam hati dan bersejiwa dengan perilaku orang yang disusupinya tanpa sadar.
Seorang muslim perlu meningkatkan kewaspadaannya terhadap keadaan hati dan perilakunya dari sifat tersebut. Halusnya keadaan ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam pun tidak mengetahuinya, kecuali setelah datang wahyu dan berita dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Kemudian, perihal keadaan golongan munafik, nabi teruskan kepada sahabatnya yang memiliki julukan pemegang rahasia Rasulullah SAW, Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu.
Rahasia yang nabi berikan kepada Hudzaifah ra tersebut membuat sahabat Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu menjadi salah seorang yang selalu menelisik. Apabila sahabat Rasulullah SAW ada yang meninggal dunia, Umar ra meneliti adakah sosok Hudzaifah ra di tengah para pelayat dan orang yang menyolati jenazahnya.
Jika ia tidak mendapati Hudzaifah ra, kemungkinan besar sang mayit merupakan seorang munafik dan Umarpun enggan menghadiri serta menyolati jenazahnya.
Semasa Umar ra telah jadi khalifah, ia bertanya kepada Hudzaifah ra mengenai keberadaan orang munafik di antara pejabat yang diangkat olehnya. Beliau tak mau memberitahukan, hingga setelah beberapakali desakan, barulah ia mengungkap ada satu orang tanpa menyebutkan namanya.
Itulah kewaspadaan seorang Umar terhadap keberadaan golongan munafik yang pada masa hidup menantu, sahabat, dan nabinya, mereka selalu saja membuat keresahan dan makar.
Imam Al Bukhari tidak luput memberikan perhatian, beliau meriwayatkan perkataan dua tabi’in terpercaya dalam kitabnya, Shahih Al-Bukhari. Pertama, perkataan Ibnu Abi Mulaikah yang berbunyi:
أدركت ثلاثين من أصحاب النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كلهم يخاف النفاق على نفسه، ما منهم أحد يقول: إنه على إيمان
جبريل وميكائيل
Artinya: “Aku mengetahui 30 orang sahabat Rasulullah SAW yang takut akan kemunafikan dirinya. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang mengatakan bahwa iman mereka serupa dengan iman Jibril dan Mikail.”
Kemudian, disambung dengan perkataan dari Hasan Al Bashri:
ما خافه إلا مؤمن ولا أمنه إلا منافق
Artinya: “Hanya orang yang beriman yang takut akan kemunafikan, dan hanya orang munafik yang selalu dalam kemunafikan.”
Seakan memberikan peringatan, para sahabat Rasulullah SAW saja mengkhawatirkan keadaan dirinya dari kemunafikan. Hal ini mengingatkan betapa pentingnya seorang muslim untuk takut dan waspada mengenai keadaan dirinya dari kemunafikan.
Inilah warisan. Riwayat dan sanad dari generasi terbaik umat Muhammad SAW. Mereka tidak sama sekali meremehkan, bahkan memperhatikan keadaan dirinya dari sifat buruk tersebut.
BACA JUGA : Ustadz Ahmad Bayu: Inilah 12 Jenis Tangisan dalam Islam, Umat Islam Wajib Tahu
Janji Allah Terhadap Orang Munafik
Sebagai umat akhir zaman, apatah sudah terbersit dalam hati untuk memberikan perhatian yang lebih tentang betapa bahayanya munafik, karena Allah SWT memberikan peringatan yang sangat keras. Seperti yang dapat ditemukan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 145:
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”
Ancaman yang sangat berat, neraka kelas bawah yang kerendahannya melebihi kaum kafir dan musyrik, kerak neraka di hari pembalasan.
Sepertinya Allah SWT memberitahukan, jika ada golongan yang masuk jannah tanpa hisab, di sisi lain ada pula golongan yang masuk neraka tanpa hisab. Parahnya lagi, keadaan mereka yang nyaris tanpa penolong.
Namun demikian, Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak membiarkan umat muslim berputus asa dan terus menerus berada dalam ketakutan akibat ancaman-Nya.
Dia memberikan petunjuk bagi siapapun yang mengkhawatirkan keadaan dirinya dalam kemunafikan. Al-Quran surat An-Nisa ayat 146 menjelaskan:
إِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا
Artinya: “Kecuali, orang-orang yang bertobat, memperbaiki diri, berpegang teguh pada (agama) Allah, dan dengan ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah, mereka itu bersama orang-orang mukmin. Kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang mukmin.”
Masih tersisa rahmat-Nya atas kaum munafik, ampunan dan kasih sayang-Nya bisa didapat asalkan mau bertaubat, memperbaiki diri, menaati ajaran-Nya dengan ikhlas. Mudah-mudahan dengan begitu mereka termasuk barisan orang mukmin yang menjalankan keislaman dengan teguh.
Dua ayat di atas merupakan ancaman sekaligus kabar gembira. Peringatan Allah SWT akan tempat berakhirnya orang munafik dan cara meredam kemarahan-Nya.
Cukuplah ia menjadi catatan pengingat bagi para pencari rahmat Allah SWT. Keterangan tambahan yang lebih detail, telah dijelaskan oleh banyak ulama dan pembesar di dalam agama Islam ini.
Ciri Laten Orang Munafik
Allah SWT memberitahukan bagaimana ciri dan perilaku kemunafikan dalam firman-Nya bukan hanya untuk pepeling bagi para sahabat semasa ketika Nabi Muhammad SAW hidup saja, tapi untuk umat Islam secara keseluruhan. Seperti dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 142, yaitu:
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.”
Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan, sesungguhnya orang-orang munafik, dengan kemunafikannya, telah mengira bahwa mereka akan dapat menipu Allah SWT dan menyembunyikan hakikat diri mereka dari-Nya.
Allah-lah yang akan membalas tipuan mereka. Dia akan membiarkan mereka bergelimang dalam kejahatan dan akan membuat perhitungan terhadap apa yang mereka perbuat.
Orang-orang munafik itu mempunyai ciri lahir dan ciri batin.
Pertama, tampak pada sikap bermalas-malasan dalam melaksanakan sholat. Sholatnya itu hanya dimaksudkan untuk riya, bukan salat yang sebenarnya.
Kedua, ciri batin yang tampak pada sedikitnya berzikir kepada Allah. Maknanya jika saja mereka selalu menyebut dan mengingat Allah SWT, niscaya mereka akan meninggalkan kemunafikannya.
Selayaknya seorang muslim yang sedang mengharap pandangan rahmat Allah SWT, tentu tidak ingin menjadi seorang yang munafik. Sifat yang nabi dan para sahabatnya waspadai ini, Allah SWT menjanjikan neraka bagi pelakunya.
Kesimpulannya, orang munafik ialah penipu yang bermuka dua, menampakan iman padahal kufur di dalam hatinya. Ciri mereka adalah malas sholat dan dzikir. Jikapun ia sholat maka hanya untuk riya atau menampakkan diri.
Maha Suci Allah SWT yang telah memberikan hidayah kepada para hamba-Nya agar selalu bisa menetapi dan melanggengkan sholat dengan penuh kerelaan serta senantiasa basah bibirnya karena banyaknya berdzikir. Mudah-mudahan dengan begitu sifat munafik luntur dengan sendirinya.
Wallohu A’lam
Oleh Wawan Darmawan