5 Kedudukan Ibu dalam Islam, Begini Penjelasannya
TSIRWAH INDONESIA – Ibu dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menjelaskan pentingnya menghormati dan berbakti kepada orang tua terutama ibu.
Sudah semestinya seorang anak berbakti kepada orang tuanya, terutama kepada ibu yang telah mengandung, melahirkan, dan merawatnya hingga menjadi anak yang tumbuh dewasa. Berikut dijelaskan dalil berbakti kepada kedua orang tua dan kedudukan ibu dalam islam.
BACA JUGA: Birul Walidain, Berikut 3 Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua Beserta Dalil-Dalilnya
Dalil Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23 berikut ini:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Allah SWT juga memerintahkan kita untuk bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orang tua terutama ibu, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Berikut ini lima kedudukan seorang ibu dalam islam:
1. Ibu Lebih Berhak Diperlakukan Baik
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa orang yang paling berhak dengan perlakuan yang baik dari kita adalah ibu. Hal ini diulang sebanyak tiga kali untuk menekankan pentingnya berbakti kepada ibu, sebagaimana hadits berikut ini:
جَاءَ رَجُلٌ إلى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، فَقالَ: مَن أَحَقُّ النَّاسِ بحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قالَ: أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أَبُوكَ. وفي حَديثِ قُتَيْبَةَ: مَن أَحَقُّ بحُسْنِ صَحَابَتي وَلَمْ يَذْكُرِ النَّاسَ
Artinya: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia berkata, ‘siapakah orang yang paling berhak dengan perlakuan yang baik dariku?’ beliau menjawab, ‘ibumu’. Laki-laki itu bertanya lagi, ‘kemudian siapa?’ beliau menjawab, ‘ibumu.’ Laki-laki itu bertanya lagi, ‘kemudian siapa?’ beliau menjawab, ‘ibumu.’ Laki-laki itu bertanya lagi, ‘kemudian siapa?’ beliau menjawab, ‘ayahmu’,” (HR Bukhori dan Muslim).
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari jilid 10 halaman 415, menjelaskan alasan mengapa ibu lebih dipilih pertama daripada ayah, sebagaimana berikut:
مقتضاه أن يكون للأم ثلاثة أمثال ما للأب من البر، قال: وكان ذلك لصعوبة الحمل ثم الوضع ثم الرضاع، فهذه تنفرد بها الأم وتشقى بها، ثم تشارك الأب في التربية
Artinya: “Pada dasarnya, seorang anak harus berbakti kepada ibunya tiga kali lipat dari baktinya kepada ayahnya. Hal ini dikarenakan kesulitan yang dialami oleh ibu selama hamil, melahirkan, dan menyusui. Ketiga hal tersebut hanya dialami oleh ibu dan merupakan beban yang berat. Setelah itu, ibu dan ayah sama-sama berperan dalam mengasuh anak.”
2. Berbakti kepada Ibu Adalah Jihad
Seorang anak wajib berbakti kepada kedua orang tuanya terutama ibu, karena hal tersebut adalah bagian dari jihad. Dijelaskan dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ، فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ :فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Artinya: “Sesungguhnya Jahimah datang menemui nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘wahai Rasulullah, saya ingin sekali berangkat untuk berjihad, maka saya datang kepadamu untuk meminta nasehat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘apakah engkau masih punya ibu?’ Jahimah menjawab, ‘iya’, Rasulullah bersabda, ‘maka, tinggallah bersama ibumu, karena surga ada di bawah kedua kakinya’,‘ (HR An-Nasai).
Berbakti kepada orang tua terutama ibu merupakan bentuk jihad yang mulia. Apalagi di usia senja mereka, tentu dibutuhkan kesabaran, perjuangan, pengertian, dan pengorbanan lebih untuk menjaga dan merawatnya.
3. Jalan Meraih Surga
Ridho Allah SWT terletak pada ridho orang tua. Murka Allah SWT terletak pada murka orang tua. Dijelaskan dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad SAW bersabda:
وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا, عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ.
Artinya: “Dan dari ‘Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘keridhoan Allah tergantung pada ridho orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua’,” (HR At-Tirmidzi).
Keridhoan seorang ibu bisa mengantarkan anaknya masuk ke surga. Oleh karena itu, anak harus berusaha bersikap rendah hati, berbakti, dan menyayangi ibunya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Munawi dalam kitab Faidhul Qadir jilid 3 halaman 361 yaitu:
الأمهات يُلتمس رضاهن المبلغ إلى الجنة بالتواضع لهن، وإلقاء النفس تحت أقدامهن والتذلل لهن
Artinya: “Keridhoan ibu yang sampai ke surga bisa didapatkan dengan cara bersikap rendah hati kepada mereka, meletakkan diri di bawah kaki mereka, dan merendahkan diri kepada mereka.”
Berbakti kepada ibu juga merupakan salah satu jalan untuk meraih surga. Hal ini disampaikan juga oleh Ali bin Sultan Muhammad Al-Qari dalam kitabnya Marqah Al-Maafatih Syarah Al-Misykah jilid 8 halaman 678 sebagai berikut:
قال الطيبي قوله: عند رجلها كناية عن غاية الخضوع، ونهاية التذلل كما في قوله تعالى: واخفض لهما جناح الذل من الرحمة.
Artinya: “Berkata Imam At-Thiibii, ‘di bawah telapak kaki ibu adalah kiasan dari puncak kepatuhan dan puncak taat secara totalitas padanya,’ sebagaimana dalam firman Allah ta’ala, ‘dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang’.”
4. Bakti kepada Ibu adalah Amalan Paling Mendekatkan Diri kepada Allah
Dijelaskan dalam sebuah hadits, bahwa berbakti kepada ibu adalah amalan paling mendekatkan diri kepada Allah SWT, yaitu sebagai berikut:
عن ابنِ عبَّاسٍ أنَّهُ أتاهُ رجلٌ، فقالَ: إنِّي خَطبتُ امرأةً فأبَت أن تنكِحَني، وخطبَها غَيري فأحبَّت أن تنكِحَهُ، فَغِرْتُ علَيها فقتَلتُها، فَهَل لي مِن تَوبةٍ ؟ قالَ: أُمُّكَ حَيَّةٌ ؟ قالَ: لا، قالَ: تُب إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ، وتقَرَّب إليهِ ما استَطعتَ، فذَهَبتُ فسألتُ ابنَ عبَّاسٍ: لمَ سألتَهُ عن حياةِ أُمِّهِ؟ فقالَ: إنِّي لا أعلَمُ عملًا أقرَبَ إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ مِن برِّ الوالِدةِ
Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas, ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata kepada Ibnu Abbas, ‘saya pernah ingin melamar seorang wanita, namun ia enggan menikah dengan saya. Lalu ada orang lain yang melamarnya, lalu si wanita itu mau menikah dengannya. Aku pun cemburu dan membunuh sang wanita tersebut. Apakah saya masih bisa bertaubat?’ Ibnu Abbas menjawab, ‘apakah ibumu masih hidup?’ Lelaki tadi menjawab, ‘tidak, sudah meninggal.’ Lalu Ibnu Abbas mengatakan, ‘kalau begitu bertaubatlah kepada Allah dan dekatkanlah diri kepada-Nya sedekat-dekatnya.’ Lalu lelaki itu pergi. Aku bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘kenapa anda bertanya kepadanya tentang ibunya masih hidup atau tidak?’ Ibnu Abbas menjawab, ‘aku tidak tahu amalan yang paling bisa mendekatkan diri kepada Allah selain birrul walidain (berbakti kepada orangtua),” (HR Al Bukhari).
5. Haram Durhaka kepada Ibu
Imam An-Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Sholihin juz 1, mengutip hadits nabi tentang larangan durhaka kepada ibu, yaitu sebagai berikut:
وَعَنْ أَبِي عِيْسَى الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ: عُقُوْقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ: قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ.
Artinya: “Dari Abu Isa al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya, membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci kamu yang banyak bicara serta banyak bertanya, begitu pula yang menghambur-hamburkan harta’,” (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah lima kedudukan ibu dalam islam. Semoga kita dapat senantiasa selalu berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Aryan Andika