Hikmah & Wawasan

Apakah Islam Membolehkan Overthinking, Berikut Solusinya, Simak

TSIRWAH INDONESIA – Overthinking merupakan istilah dari bahasa Inggris yang sering muncul dalam percakapan generasi z, terutama di dunia maya.

Overthinking merupakan kata yang berarti berpikir berlebihan. Fenomena ini sering dikaitkan dengan gangguan mental.

Pada kenyataannya, overthinking sebenarnya bukan suatu penyakit atau gangguan mental. Overthinking adalah kebiasaan buruk yang secara sadar atau tidak sadar terjadi pada manusia.

Ada bermacam overthinking, mulai dari berpikir berlebihan tentang masa depan, tentang perilaku orang lain, dan bahkan memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap diri sendiri.

Seringkali, overthinking berujung kepada gejala kecemasan berlebih dan menjadi salah satu penyebab gangguan psikologis.

Perilaku overthinking juga dapat mengarah pada sikap berburuk sangka pada suatu apapun. Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman dalam surah Luqman ayat 34, yaitu:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari kiamat, dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannnya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”

Maksud ayat di atas, tidak ada manusia yang tahu bagaimana esok hari. Kekhawatiran adalah hal wajar bagi seorang manusia.

Mencegah overthinking bisa dibarengi dengan anjuran dalam konsep Islam dan ilmu psikologi, di antaranya bertawakal, sabar, dan mengubah pola pikir secara koordinatif.

Batasan-batasan tentang sampai mana seharusnya dipikirkan oleh umat Islam sudah ada di dalam Al-Qur’an.

Pada kenyataannya, overthinking tidak memberikan dampak nyata pada kehidupan manusia, tindakan tersebut menyakibatkan kerusakan pola pikir.

Segala sesuatu yang berlebihan tidak diperbolehkan dalam Islam. Hal ini berlaku pada memikirkan sesuatu secara berlebihan (overthinking).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 141:

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْا ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ 

Artinya: “Dan Dia-lah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun, dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebihan-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Hanya Allah SWT yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari dan tidak ada manusia yang tahu pasti apa yang ia lakukan di masa depan.

Sehingga, manusia cukup menjalankan kehidupan sebaik mungkin, sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT, menyerahkan diri dan berbaik sangka kepada-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali ‘Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal.”

Berdasarkan ayat tersebut, manusia diperintahkan agar bersabar, ikhlas, pantang menyerah, dan bertawakal kepada Allah SWT.

Overthinking sering secara tidak sadar menyerang pikiran manusia. Hal tersebut adalah hal yang wajar, namun membiarkan pikiran larut dalam kecemasan itu adalah hal yang dilarang dalam Islam.

Sikap untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT adalah solusi mengatasi overthinking dalam Islam. Demikian hukum overthinking serta solusinya menurut Islam. Semoga kita terhindar dari sikap overthinking yang dapat melalaikan, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Divya Aulya Wulandari

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator