Alquran & HaditsHikmah & Wawasan

Refleksi Surah Al-Insyirah Ayat 5-6: Bangun Optimisme Hadapi Masa Depan

TSIRWAH INDONESIA – Sikap optimis atau percaya diri merupakan perilaku yang wajib dimiliki setiap muslim, terlebih lagi dalam menghadapi masa depan.

Membangun strategi dengan rasa optimis dirasa perlu, agar apa yang akan dilakukan penuh dengan rasa percaya diri. Meskipun berhadapan dengan berbagai kesulitan dan rintangan, tidak membuatnya gentar atau berbalik arah lalu berhenti berjuang.

Islam mengajarkan pemeluknya agar jangan mudah menjadi pribadi yang pesimistis. Tetap bangun harapan, keyakinan, dan optimis jika suatu saat harus berhadapan dengan segala rintangan tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah Al-Insyirah ayat 5-6 sebagai berikut:

فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ یُسۡرًا ۝٥ إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ یُسۡرࣰا ۝٦

Artinya: “Sungguh kesulitan itu bersama kemudahan. Sungguh kesulitan itu bersama kemudahan.”

Al-Qurthubi dalam tafsirnya Jami’ li Ayat Al-Ahkam, menjelaskan bahwa adanya pengulangan ini menunjukkan makna ta’kid (penegasan). Artinya kemudahan adalah sesuatu yang sangat dijanjikan oleh Allah SWT di setiap kesulitan yang diberikan kepada hamba-Nya.

Menarik disimak dari redaksi yang digunakan dua ayat tersebut. Kata al-‘usr (kesulitan) diredaksikan dalam bentuk ma’rifat dengan tambahan al di ayat kelima dan keenam.

Berbeda ketika menggambarkan kata yusran (kemudahan). Redaksi yang dipakai baik di ayat kelima dan keenam adalah nakirah dengan tambahan tanwin. 

Dalam bahasa Arab, ketika terdapat pengulangan isim (kata benda) dalam bentuk ma’rifat, maka makna isim yang diulang berbeda dari makna yang sebelumnya. Namun, tatkala yang diulang sama menggunakan nakirah, maka yang dimaksud adalah arti yang pertama.

Dengan demikian, al-‘usr (kesulitan) dari dua ayat di atas berarti satu kesulitan. Sedangkan, dua kata yusran (kemudahan) tidak berarti sama, melainkan berbeda. Hal itu berarti setiap kali kita menghadapi satu kesulitan maka ada dua kemudahan yang akan ditemukan di baliknya.

Al-Qurthubi juga menguatkan penafsirannya dengan mengutip hadis nabi sebagaimana berikut:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ جَالِسًا وَحِيَالَهُ حجر، فقال: “لو جاء العسر فدخل هذا الحجر لَجَاءَ الْيُسْرُ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ فَيُخْرِجَهُ”، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا﴾

Artinya: “Suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang duduk dan ada lubang di hadapannya, lantas beliau bersabda, ‘Sekiranya kesulitan datang lalu masuk ke dalam lubang ini pasti kemudahan akan datang, masuk lalu mengeluarkan kesulitan itu dari lubang ini,” (HR Hakim).

Kesimpulan dari penafsiran surah Al-Insyirah di atas, hendaknya sikap optimis selalu tertanam dalam pribadi seorang muslim. Percaya bahwa kesulitan yang ditemukan nanti di masa mendatang, tidak akan menjadi problem yang membuatnya jatuh dan berbalik arah.

Percayalah Allah menyediakan kemudahan di balik kesulitan. Kemudahan yang diberikan-Nya jauh lebih besar dibanding kesulitan. Kesulitan apapun sejatinya bukan untuk mengecilkan seseorang, tetapi justru akan membesarkannya. Terus berdoa agar dimudahkan dan diberikan kekuatan dalam apapun yang dillakukan.

Wallohu A’lam
Oleh Muhammad Izharuddin

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator