Hikmah & Wawasan

Bullying: Pengertian, Akibat dan Jenis Tindakan Kekerasan Berdasarkan Ayat-Ayat Al-Qur’an

TSIRWAH INDONESIA – Bullying merupakan bagian dari tindakan kekerasan yang dilakukan secara fisik atau verbal. Bullying biasanya dilakukan kepada orang yang lemah dengan cara mengolok, mengancam, merendahkan bahkan menyakiti secara fisik yang bertujuan untuk mengintimidasi orang tersebut.

Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu bull yang berarti Banteng. Banteng berciri khas suka menyeruduk tanpa arah, dalam arti lain bullying juga dilakukan secara terus-menerus tanpa peduli kondisi korban, sehingga timbullah beberapa dampak yang sangat mungkin dialami korban, diantaranya: gangguan mental (depresi), tidak percaya diri (minder), cemas berlebihan dan yang lebih fatal lagi nekat melakukan bunuh diri.

Seperti kasus yang terjadi baru-baru ini. Budaya YouTuber yang menyebut Y Team sebagai Gelar anak-anak yatim, diikuti masyarakat khususnya anak-anak sebagai mainan bahkan bahan ledekan, hingga berakibat bullying nyata terhadap anak-anak yatim.

Apakah tindakan seperti itu dibenarkan oleh Islam? Tentu tidak, banyak dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits tentang larangan melakukan perbuatan tercela. 

Lantas bagaimanakah kronologi kejadian bunuh diri yang dimaksud dari pernyataan di atas? Dan apa saja tindakan-tindakan yang dilarang dalam islam? Simak penjelasan berikut ini:

Kronologi Bunuh Diri pada Anak Kelas Empat Sekolah Dasar

Jawa Timur, Senin, 27 Februari 2023 sore hari, kejadian nahas itu terjadi. Siswa berinisial MR yang masih kelas IV SD ditemukan gantung diri di pintu dapur rumahnya menggunakan tali plastik berwarna biru.

Diduga perbuatan nekat yang dilakukan MR dikarenakan depresi sebab ia sering menjadi korban bullying di sekolah oleh teman-temannya. Sebelum ditemukan meninggal, setiap MR pulang sekolah, ia pulang dengan wajah murung, dari keterangan keluarganya, MR dibully sebab ia anak yatim. Karena ayahnya sudah lama meninggal dunia.

Dalam kronologi kejadian di atas, dapat disimpulkan bahwa kematian bisa disebabkan oleh lisan manusia. Perkataan tercela yang di lontarkan secara terus menerus, dapat mengganggu mental seseorang, hingga memunculkan tekat melakukan bunuh diri. Seperti keterangan di bawah ini:

يَمُوْتُ الفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِنْ لِّسَـانِهِ # وَلَيسَ يَمُوتُ الْمَرْءِ مِنْ عَثْرَةِ الرِّجْلِ.

Artinya: “Pemuda bisa mati sebab tergelincirnya lisan, tidak (tentu) mati hanya karena tergelincirnya kaki.”

Perbedaan Perilaku Seseorang Terhadap Anak Yatim di Zaman Dahulu dan Sekarang 

Gelar yatim di masa kini marak menjadi bahan bullying. Berbeda dengan zaman dahulu, anak-anak yatim selalu diistimewakan dan selalu dicari-cari keberkahannya. Orang yang menyantuni anak yatim diibaratkan ia dekat dengan Rasulullah seperti dua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Sebagaimana Hadits Rasulullah berikut ini:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا (رواه البخاري).

Artinya: “Aku dan pemelihara anak yatim (kedudukannya) di syurga, bagaikan dua jari ini (Nabi menunjukkan telunjuk dan jari tengah)” seraya agak merenggangkan keduanya, (Hadits riwayat Bukhari, No: 4892).

Allah subhanahu wa ta’ala juga ber-Firman dalam Al-Qur’an bahwasanya terdapat perintah untuk berbuat baik kepada anak yatim dan janganlah berbuat buruk kepadanya sehingga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kesulitan kepada mereka. Sebagaimana yang tertera dalam Qur’an surah Al-Baqarah ayat 220:

فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۗ وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.

Artinya: “tentang dunia dan akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” Jika kamu mempergauli mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Allah juga menyebutkan dalam Firman-Nya, orang yang menghardik anak yatim ia termasuk orang-orang yang mendustakan agama. Allah ber-Firman dalam Qur’an surah Al-Ma’un ayat 1-2 berikut ini:

 أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ• فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ.

Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.”

Jenis Bullying yang Disebutkan Dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an ada beberapa tindakan yang masuk kategori bullying. Diantaranya:

Mengejek

Mengejek disebut juga dengan istilah Sakhr, seperti singgungan dalam Al-Qur’an yang ditunjukan kepada umat Nabi Nuh sebab mengejek Nabi Nuh . Dalam surah Hud ayat 38 di bawah ini:

 وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ ۚ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ.

Artinya: “Mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami).” 

Mencela, Merendahkan dan Memberi Julukan yang Buruk 

Mencela juga disebut dengan istilah Talmiz, seperti ajaran untuk tidak saling mengolok-olok sesama kaum, tidak saling mencela, dan tidak memanggil orang lain dengan julukan yang buruk. Sebagaimana yang disebutkan dalam Qur’an surah Al-Hujarat ayat 11 sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Mengolok-Olok

Mengolok-Olok disebut juga dengan istilah Istihza, seperti kelompok munafik yang menyatakan beriman ketika bersama orang-orang beriman, namun ketika bersama dengan kaum munafikin mereka menyatakan sependirian dengan kaum munafikin. Sesungguhnya mereka mangaku beriman hanya untuk mempermainkan pernyataan tersebut. Disebutkan dalam Qur’an surah Al-Baqarah ayat 14 sebagai berikut: 

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ.

Artinya: “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”

Untuk itu, kita sebagai makhluk Allah subhanahu wa ta’ala kita harus menjaga tali silaturahmi dengan sesama saudara seiman. Tentunya berbagai tindakan tercela tersebut harus di jauhi. Tak boleh berbicara kasar dan semena-mena terhadap orang lain.

Nabi Musa yang Nabi saja, ketika dihadapkan dengan Firaun, raja yang sangat kejam. Allah subhanahu wa ta’ala mengajarkan Nabi Musa untuk berbicara dengan perkataan yang lemah lembut dan halus, padahal raja Fir’aun adalah seburuk-buruknya manusia. Lantas bagaimana bisa? seorang yang hina dan tidak mulia seperti kita (manusia biasa), tidak bisa menjaga lisan sehingga melontarkan perkataan yang menyakiti orang lain, apalagi pada orang yang bahkan tidak salah pada kita. Sebagaimana Firman Allah pada Qur’an surah Taha ayat 44 berikut ini:

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ.

Artinya: “Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda dalam satu riwayat berisi tentang penegasan bagi orang muslim sebagai berikut: 

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang [disebut] muslim adalah manakala orang-orang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya,” (Hadist riwayat Imam Al-Bukhari).

Dengan demikian, mari kita semua saling menjaga lisan untuk menjaga persaudaraan. Tingkatkan kesadaran di tengah masyarakat kita terutama pada anak-anak. Lebih memuliakan anak yatim dan hendaknya kita menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu sebagai berikut: 

ليس منا من لم يرحم صغيرنا ويوقر كبيرنا.

Artinya: “Bukanlah umatku orang yang tidak berbelas kasih kepada orang kecil dan bukan pula umatku orang yang tidak menghormati orang besar.”

Dengan begitu, kita dapat mencegah terjadinya bullying.

Wallohu Alam
Oleh Ustadzah Siti Chikmatul Hani’ah

Editor: St. Chikmatul Haniah

Aktivis Dakwah, Penulis, Content creator, serta peniti karir akhirat dengan membangun rumah santri virtual melalui media sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator