Alquran & HaditsTajwid & Tahsin

Korelasi Ilmu Qira’at dan Al-Qur’an

TSIRWAH INDONESIA – Masa sekarang kita bisa dengan mudah mendengarkan, melihat, dan merekam bacaan para syekh dalam melantunkan Alquran dengan qira’at mana saja yang diinginkan.

Alquran dan qira’at adalah dua istilah yang berbeda, tapi memiliki arti yang serupa yaitu bacaan. Sementara para ulama memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi Alquran dan qira’at.

Artikel kali ini akan mengupas persepsi para ulama terkait pendapat mereka mengenai Alquran dan qira’at.

Definisi Alquran

Dikutip dari kitab ‘Ulumul Qur’an al-Karim karya Nuruddin ‘Ithr dan beberapa kitab lain, definisi Alquran adalah sebagai berikut:

القرآن هو كلام الله المنزّل على النبي محمد صلى الله عليه وسلم، المكتوب في المصاحف، المنقول بالتواتر، المتعبّد بتلاوته، المعجز ولو بسورة منه، المبدوء بسورة الفاتحة، المختوم بسورة الناس لهداية الناس وسعادتهم في الدنيا والآخرة

Artinya: “Alquran adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, ditulis di lembaran-lembaran, disampaikan secara mutawatir, dihitung ibadah ketika membacanya, sebagai mukjizat walaupun dengan satu surah, dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas sebagai petunjuk dan kebahagian manusia di dunia dan akhirat.”

BACA JUGA: Mengenal 6 Istilah dalam Qira’at

Pengertian Qira’at

Muhammad bin Muhammad Al-Jazari dalam kitabnya Taqrib al-Nasyr fi al-Qira’at al-Asyr, merumuskan qira’at sebagai berikut:

القراءات هو علم بكيفية أداء كلمات القرآن واختلافها معزوا لناقله

Artinya: “Qira’at adalah disiplin ilmu yang mempelajari artikulasi beberapa kosakata Alquran dan perbedaan kosakata tersebut yang dinisbatkan kepada orang yang meriwayatkan.”  

Hubungan Alquran dan Qira’at

Terdapat tiga pendapat ulama mengenai hubungan Alquran dengan qira’at:

Pertama, Alquran dan qira’at adalah dua sisi yang berbeda, dalilnya:

أن القرآن هو الوحي المنزّل على محمد صلى الله عليه وسلم للبيان والإعجاز، والقراءات هي اختلاف ألفاظ الوحي المذكور في كتبة الحروف أو كيفيتها؛ من تخفيف وتثقيل وغيرهما

Artinya: “Alquran adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai penjelasan dan mukjizat. Sedangkan qira’at adalah perbedaan beberapa lafaz wahyu (Alquran) dari segi penulisan maupun cara pengucapan baik takhfif, (membaca tanpa tasydid) tatsqil, (membaca dengan tasydid) dan lainnya.”

Menurut pendapat Badruddin Az-Zarkasyi dalam kitabnya Al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an, Alquran adalah wahyu Allah sedangkan qira’at merupakan artikulasi kosa kata Alquran.

Dalam mengucapkan lafaz Alquran, ilmu ini bukan hanya teoritis yang cukup dipelajari dari kitab-kitab rujukan, akan tetapi membutuhkan praktik yang diajarkan secara langsung dengan musyafahah (saling berhadapan guru dan murid) dan talaqqi (tatap muka) dari orang yang bacaannya sudah sempurna.

Pendapat Az-Zarkasyi diikuti oleh generasi sesudahnya, Qasthalani, dalam karyanya Latha’if al-Isyarat li Fununi al-Qira’at dan Al-Banna Ad-Dimyathi dalam karyanya Ithhaf Fudhala al-Basyr bi al-Qira’at al-Arba’ al-Asyr.

Kedua, Alquran dan qira’at adalah dua sisi yang sama dalam satu makna.

Muhammad Salim Muhaisin mengomentari pendapat Az-Zarkasyi di atas, ia mengatakan bahwa Alquran merupakan sinonim dari qira’ah yang pada hakikatnya memiliki satu arti.

Sebagaimana banyak hadis yang sahih tentang diturunkannya Alquran dengan ahruf as-sab’ah menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada perbedaan. Karena keduanya merupakan wahyu yang diturunkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seperti potongan hadis Nabi SAW dari Ubay bin Ka’ab berikut:

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عِنْدَ أَضَاةِ بَنِي غِفَارٍ، قَالَ: فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ…، ثُمَّ جَاءَهُ الرَّابِعَةَ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَأَ أُمَّتُكَ الْقُرْآنَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَأَيُّمَا حَرْفٍ قَرَءُوا عَلَيْهِ فَقَدْ أَصَابُوا

Artinya: “Dari Ubay bin Ka’ab bahwa Nabi SAW ketika berada di sumber air Bani Ghifar, kemudian Malaikat Jibril datang untuk keempat kalinya dan berkata, sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk mengajari umatmu membaca Alquran dengan tujuh huruf, maka huruf manapun yang mereka baca adalah benar,” (HR. Muslim).

Hadis di atas menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada perbedaan Alquran dan qira’at karena keduanya merupakan wahyu yang sama-sama diturunkan kepada Nabi SAW.    

Ketiga, Alquran dan qira’at adalah dua sisi yang memiliki persaman yang menyeluruh dan perbedaan yang spesifik, akan tetapi di antara keduanya memiliki ikatan yang kuat.

Seperti hubungan juz’i (ilmu-ilmu yang lahir dari Alquran, misal tafsir, ilmu qira’at, ilmu tajwid, balaghah, nahwu, dan lainnya) dan kulli (Alquran).

Sya’ban Muhammad Ismail mencoba mengkompromikan pendapat di atas dengan beberapa argumen:

1. Qira’at tidak semuanya mengandung kalimat Alquran, akan tetapi hanya sebagian lafaz saja.

2. Definisi qira’at meliputi mutawatir dan syadz (qira’at yang kualitas sanadnya tidak sahih). Sementara para ulama telah sepakat bahwa Alquran tidak boleh dibaca dengan qira’at syadzdzah.

Kesimpulan

Qira’at jika ditinjau dari sisi keumumannya mencakup qira’at mutawatir dan syadz. Sedangkan Alquran hanya mencakup mutawatir saja.

Alquran dan qira’at bila dilihat dari sisi mutawatir memiliki subtansi yang sama dengan satu makna.

Para ulama sepakat bahwa Alquran yang dapat dibaca dan mendapat pahala ketika membacanya adalah qira’at yang mutawatir.

Wallahu A’lam
Oleh Anni Kholidah Ritonga

Editor: Havidz Ramdhani

Aktivis Dakwah, Penulis, Guru Agama, Hafidzul Quran, Web Developer, Graphic Designer, memiliki ketertarikan untuk mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan pesantren sesuai relevansi zaman dan teknologi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator