AkhlakHikmah & Wawasan

Maulid Nabi: Ternyata Ini yang Dianjurkan dan Tidak

TSIRWAH INDONESIA – Maulid Nabi jika ditinjau dari bahasa arab, artinya adalah momen kelahiran Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. Di Indonesia, kata Maulid Nabi berarti acara memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad.

Pembahasan yang selalu mencuat tentang Maulid Nabi adalah antara diperbolehkan dalam hukum islam ataukah tidak, tentu tema ini bukanlah apa yang akan diulas di artikel ini.

Selain pembahasan boleh atau tidaknya memperingati Maulid Nabi yang sudah menjadi polemik usang, ini juga merupakan upaya Tsirwah agar tidak menggantungkan masyarakat dengan pinggiran jurang perdebatan yang menguras tenaga, yang sebetulnya tidak perlu sebab sudah lama dibahas oleh para Ulama ahli di bidangnya.

Lebih luas dari itu semua, artikel berikut akan membahas tentang apa yang boleh atau dianjurkan dalam kegiatan merayakan maulid dan apa saja yang tidak seharusnya dilakukan.

Paragraf sebelumnya tentu sudah mengandung makna tentang hukum kebolehan merayakan maulid yang diikuti oleh penulis, dengan berbagai pertimbangan manfaat dan kebaikan yang dijadikan acuan sebagai kesimpulan.

Hal-hal yang Dianjurkan dalam Maulid Nabi

Bersholawat, Baik Individual maupun Berjamaah

Terkait anjuran untuk memperbanyak sholawat kepada Nabi, terdapat beberapa keterangan diantaranya adalah hadits Nabi yang populer dari jalur periwayatan Imam An-Nasa’i:

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

Artinya: “Siapa saja yang membaca shalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan,” (HR An Nasa’i).

Siapapun hamba Allah dan umat Nabi Muhammad yang bersholawat kepada beliau baginda Nabi, Allah akan membalas sholawatnya bahkan menghapus dosanya dan menaikkan derajatnya.

Bersholawat kepada Nabi bagi kita semua, juga merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali-Imran ayat 31:

{ قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِی یُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ }

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Ayat tersebut menggambarkan bagaimana Allah meminta hamba-Nya agar mencintai kekasih-Nya Muhammad, barulah Dia akan menganggap hamba tersebut mencintai-Nya.

Bersholawat secara berjamaah juga merupakan kegiatan yang mulia, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh saudara-saudara kita mulai dari Majlis Sholawatan hingga Banjari dan semacamnya.

Bersama dalam bersholawat juga termasuk sudah dicontohkan oleh Allah dan para Malaikat-Nya, sebagaimana dalam Quran surat Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: “Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Mengulas Kisah Nabi

Bagian dari hal yang biasa dilakukan masyarakat kita saat memperingati maulid nabi, adalah dengan mendatangkan Ulama atau orang Alim untuk kemudian membahas, mengulas kisah-kisah Nabi Muhammad SAW.

Ini merupakan kegiatan yang mulia pula, sebab dengan adanya kisah tarikh mengenai kehidupan nabi, masyarakat jadi lebih mengingat dan mengenal nabinya dengan harapan bisa meneladaninya pula. Imam Ghozali dalam kitab Mukasyafatul Qulub:

علامة حب الله حب القرآن وعلامة حب القرآن حب النبي وعلامة حب النبي حب السنة

Artinya: “Tanda cinta Allah adalah cinta Alquran, tanda cinta Alquran adalah cinta Nabi, tanda cinta Nabi adalah mencintai sunah-sunahnya.”

Sebagaimana kita ketahui, cara Nabi makan, cara Nabi minum, cara Nabi tidur dan seterusnya adalah sunah Nabi. Ini akan kita dapatkan dari penjelasan para Alim Ulama tersebut dan berharap bisa kita amalkan.

Bersedekah dan Amalan Baik Lainnya

Termasuk yang bisa dilakukan saat berkegiatan maulid nabi, adalah bersedekah, seperti yang biasa kita temui di masjid, mushola dan lain-lain saat memperingati maulid nabi, adanya bermacam-macam makanan dari masing-masing yang datang kemudian saling memberikan, ini merupakan kegiatan sedekah yang mulia.

Tidak hanya sedekah, tapi segala amal kebaikan selalu pada nilai pahalanya sendiri-sendiri. Contohnya seperti meneladani sunah Nabi yang sudah diketahui, saat menjelang hari-H maulid, juga merupakan tindakan yang akan diganjar oleh Allah SWT.

Hal-hal yang Tidak Dianjurkan dalam Maulid Nabi

Berebut Makanan di Masjid

Sudah merupakan tradisi di sebagian daerah, mengadakan peringatan maulid nabi dengan meriah hingga bahkan membuat gunung buah-buahan atau semacamnya, termasuk jajan atau uang yang biasa digantungkan.

Niat dari kegiatan seperti ini sangat mulia, yaitu sedekah, akan tetapi justru akan jatuh menjadi kegiatan non-adab jika dilakukan di masjid atau tempat ibadah secara berebut dan rentan urakan.

Masjid menjadi terdegradasi perihal kewibawaannya sebagai tempat ibadah, jika cara yang dilakukan kurang tepat. Hal ini sebagaimana nasihat Habib Hasan Al-Habsyi dalam unggahan video di @hasan.alhabsyi.

Ramai dan Urakan di Masjid

Melanjutkan dari nasihat beliau Habib Hasan Al-Habsyi, beliau menuturkan sebuah kebiasaan yang tidak baik yaitu berebut makanan dan urakan saat maulid nabi di masjid, tepatnya saat ‘Asyroqol‘ (salah satu scene pembacaan dzikir maulid nabi).

Pada saat itu, kegiatan dzikir belum selesai dan justru ada di momen terbaiknya, para Ulama sering menuturkan pada saat seperti ‘Asyroqol‘ atau contoh lain seperti ‘Thola’al Badru Alaina‘, adalah momen baginda Nabi hadir, walaupun umat tidak melihatnya secara jelas tapi bayangkan Nabi hadir.

Maka bagaimana kegiatan maulid tidak jatuh buruk statusnya, bila justru saat momen terbaik maulidan digunakan untuk momen berebut makanan dan urakan, hilanglah etika dan keberkahan dengan hal ini.

Kesimpulannya

Perkara seperti saling membawa makanan dan saling memberikan satu sama lain adalah sedekah yang mulia saat perayaan maulid, tapi lebih dari itu umat juga harus memperhatikan tempat, momen dan cara bersedekah tersebut dengan harapan tidak kemudian menggagalkan santun kita pada Baginda Nabi yang sedang kita peringati dan terancam hilangnya keberkahan.

Wallohu Alam
Oleh Ustadz Hafidz

Editor: Havidz Ramdhani

Aktivis Dakwah, Penulis, Guru Agama, Hafidzul Quran, Web Developer, Graphic Designer, memiliki ketertarikan untuk mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan pesantren sesuai relevansi zaman dan teknologi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator