Mengenal 4 Pahlawan Muslimah, Pejuang Kemerdekaan Indonesia
TSIRWAH INDONESIA –Â Ada banyak tokoh pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dari berbagai latar belakang suku, agama dan gender yang berbeda.Â
Beberapa di antara tokoh tersebut adalah perempuan muslimah. Para perempuan muslimah tersebut mendapatkan gelar pahlawan karena jasa-jasanya terhadap Indonesia.
Pahlawan muslimah tersebut ikut mempertaruhkan jiwa raganya demi Indonesia yang merdeka, damai dan adil.
Berikut empat pahlawan muslimah yang ikut terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
1. Opu Daeng Risaju
Famajjah atau Opu Daeng Risaju, memiliki nama asli Famajjah, lahir Palopo, Sulawesi Selatan pada 1880.Â
Opu Daeng Risaju tidak mengenyam pendidikan formal. Beliau belajar membaca dan menulis huruf latin secara mandiri melalui bantuan saudaranya, Mudehang.
Sejak kecil ia juga sudah mengkaji Al-Qur’an dan mempelajari ilmu fikih. Hal ini yang kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan Islam yang luas.
Kiprahnya dalam perjuangan dimulai ketika Opu Daeng Risaju tergabung aktif sebagai anggota Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Karena aktif memperjuangkan kemerdekaan, pemerintah Kolonial pernah memenjarakan beliau.
Pada masa revolusi, Opu Daeng Risaju memiliki peran dalam perlawanan terhadap tentara NICA di Belopa. Beliau membangkitkan dan memobilisasi para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap tentara NICA Belanda.
Opu wafat pada 10 Februari 1964. Atas semua perjalanan perjuangannya, Opu Daeng Risaju ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 2006.
2. Siti Walidah
Siti Walidah lahir di Yogyakarta pada 3 Januari 1872. Ia terkenal juga dengan sebutan Nyai Ahmad Dahlan. Beliau merupakan pahlawan yang berperan aktif berkiprah di ranah pendidikan, khususnya bagi perempuan.
Beliau memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk perempuan Islam. Perkumpulan ini fokus pada tiga bidang, yaitu dakwah, pendidikan, dan sosial.
Perkumpulan Sopo Tresno kemudian berganti nama menjadi Aisyiyah pada 1917. Nama berasal dari nama istri Nabi Muhammad, yakni Aisyah.
Ia juga mendirikan sekolah-sekolah putri dan asrama, serta keaksaraan dan program pendidikan Islam bagi perempuan.
Beliau kemudian wafat pada 31 Mei 1946. Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, beliau menjadi Pahlawan Nasional pada September 1971.
BACA JUGA : Rahmah el-Yunusiyah: sang Perintis Pendidikan Perempuan
3. Rasuna Said
Rasuna Said atau Hajjah Rangkayo Rasuna Said lahir pada September 1910 di Maninjau, Sumatera Barat.Â
Kiprah Rasuna Said dimulai saat aktif sebagai sekretaris di Sarekat Rakyat (SR). Beliau juga terlibat dengan gerakan Islam modern Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930.
Rasuna Said juga mendirikan sekolah Perguruan Poeteri. Selain lembaga pendidikan, Beliau juga aktif sebagai jurnalis dan membuat majalah mingguan bernama Menara Poeteri pada 1937.
Rasuna Said sering mengkritik pemerintah Belanda karena menyebabkan sistem dan budaya perempuan menjadi lemah. Hal ini membuat Pemerintah Kolonial memenjarakannya.
Rasuna Said wafat pada 2 November 1965. Atas keberaniannya dalam membela kaum perempuan, beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1974.
4. Rahmah El-Yunusiyah
Rahmah El-Yunusiyah lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada tanggal 29 Desember 1900. Beliau merupakan reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia.
Rahmah sempat belajar di Diniyyah School yang dibina oleh kakaknya, Zainuddin Labay El Yunusy. Beliau secara inisiatif menemui beberapa ulama Minangkabau untuk mendalami agama serta mempelajari berbagai ilmu praktis secara privat.
Rahmah mendirikan Diniyyah Putri pada 1 November 1923 sebagai sekolah agama Islam khusus perempuan pertama di Indonesia.Â
Keberadaan Diniyyah Putri inilah yang kemudian menginspirasi Universitas Al-Azhar membuka Kulliyatul Banat, fakultas yang dikhususkan untuk perempuan. Petinggi Al Azhar yang kagum dengan ide dan upaya Rahmah, memberinya gelar Syekhah.
Rahmah juga aktif di bidang pergerakan sosial, keagamaan, dan politik di Padang Panjang sebagai upaya menentang penjajahan. Beliau ikut dalam pergerakan Permi (Persatuan Muslimin Indonesia) pada tahun 1930-an.
Rahmah wafat pada tanggal 26 februari 1969. Atas jasa-jasanya, Pemerintah RI menganugerahkannya tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana secara anumerta pada 2013.
Demikian empat pahlawan muslimah yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Opu Daeng Risaju, Siti Walidah, Rasuna Said dan Rahmah El Yunusiyah.
Melalui mereka kita belajar, perempuan muslimah memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yaitu melalui pendidikan dan aktivitas politik.
Sudah selayaknya kita sebagai muslimah Indonesia menghormati dan meneladani perjuangan mereka.
Wallohu A’lam
Oleh Desinta Mega S. (Sinn Mega)