Tahlilan: Pahala Tahlil Sampai Kepada Arwah Mayat, Benarkah Begitu, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Tahlilan adalah serangkaian kegiatan membaca Al-Qur’an dan kalimat thayyibah (tasbih, tahmid, tahlil dan takbir). Melaksanakan tahlilan ini, ditujukan pahala bacaanya untuk para arwah mayit.
Ada tiga kegiatan inti dalam melaksanakan tahlilan di antaranya:
Pertama, menghadiahkan pahala bacaan kepada arwah mayit.
Kedua, mengkhususkan pahala bacaan pada waktu-waktu tertentu (7 hari dari kematian, hari ke-40, ke-100 dan sebagainya).
Ketiga, bersedekah untuk mayit, dengan memberikan makanan untuk para Jamaah yang hadir.
Bacaan ayat-ayat Al-Qur’an maupun kalimat thayyibah yang dihadiahkan untuk arwah mayit, menurut pendapat mayoritas ulama boleh dan pahalanya bisa sampai kepada arwah mayit. Berikut penjelasannya dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:
عَنْ سَيِّدِنَا مَعْقَلْ بِنْ يَسَارْ رَضِيَ الله عَنْهُ اَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : يس قلْبُ اْلقُرْانْ لاَ يَقرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ اْلاَخِرَة اِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ اِقرَؤُهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ )رَوَاهُ اَبوْ دَاوُدْ, اِبْنُ مَاجَهْ, اَلنِّسَائِى, اَحْمَدْ اَلْحَكِيْم، اَلْبغَوِىْ، اِبْنُ اَبِىْ شَيبَةْ، اَلطَّبْرَانِىْ، اَلْبَيهَقِىْ، وَابْنُ حِبَانْ(
Artinya: “Dari sahabat Ma’qal bin Yasar radhiyallahu anhu. bahwa Rasulallah shalallahu alaihi wasallam. bersabda : surat Yasin adalah inti al-Qur’an, tidak untuk dibaca oleh orang-orang yang mengharap keridhaan Allah subhanahu wata’ala kecuali dosa-dosanya diampuni. Bacalah surat Yasin untuk orang-orang yang meninggal di antara kamu,” (H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasai, Ahmad Hakim, Al-Baghawi, Ibnu Abi Syaibah, At-Tabrani, Al-Baihaqi dan Ibnu Hiban).
BACA JUGA: Ustadz Ahmad Bayu: Inilah 12 Jenis Tangisan dalam Islam, Umat Islam Wajib Tahu
Bahkan Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ menjelaskan bahwa tidak hanya tahlil dan doa, tetapi juga sunnah bagi orang yang berziarah ke kubur untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian mendoakan arwah mayit secara berjemaah.
Demikian pula Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan yang dituliskan dalam kitab Sunan An-Nasa’i bahwa, dalil tersebut dijadikan acuan oleh para ulama.
Rasulullah sallalahu ‘alaihi wasallam pernah mematahkan sehelai daun pelepah kurma dan meletakkanya di atas kuburan dua sahabatnya sembari bersabda:
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ قُدَامَةَ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ مَكَّةَ أَوْ الْمَدِينَةِ سَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ ثُمَّ قَالَ بَلَى كَانَ أَحَدُهُمَا لَا يَسْتَبْرِئُ مِنْ بَوْلِهِ وَكَانَ الْآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً فَقِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا
Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Qudamah dia berkata; telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu ‘Abbas dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati salah satu perkebunan di Mekkah atau Madinah, beliau mendengar dua orang sedang di siksa di dalam kubur mereka, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Keduanya sedang disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar.’ Kemudian beliau bersabda: ‘Benar, salah seorang di antara keduanya tidak membersihkan dari kencingnya dan yang lainnya melakukan adu domba.’ Kemudian beliau meminta pelepah (kurma) lalu memecahnya menjadi dua dan meletakkan di atas kuburan masing-masing satu pecahan pelepah. Ditanyakan, ‘Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa engkau melakukan hal ini?’ Beliau menjawab: ‘Barangkali itu bisa meringankan – adzab – dari mereka berdua selama dua pelepah ini belum kering. Atau sampai dua pelepah ini kering,” (HR. An-Nasa’i).
Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Safari